Jumat, 04 Februari 2011

apa artinya ini?

Gurun pasir ini terlalu luas untuk kesebrangi. Dari ujung ke ujung hanya terlihat tumpukan pasir yang membatasi pandanganku. Terik matahari terasa membakar ubun-ubunku. Tanpa pamit, ia menyelinap masuk melewati renggangan busanaku. Panas, lelah, haus. Itu yang kurasakan. Rasanya sudah berhari-hari aku berjalan melewati samudera pasir yang tek bertepi ini. Sampai saat ini, belum juga kutemukan sesuatu yang berarti untuk hidupku.
Apa yang harus kulakukan? Tenggorokanku sudah sangat kering. Tapi, tak ada air untuk membasahinya. Haruskah aku menyerah?
Tidak. Di sini masih ada Allah yang menemaniku. Mengapa aku tidak meminta pertolongan kepada-Nya? Bodohnya aku. Kenapa pula aku tidak memohon belas kasihan dari-Nya? Dia yang mempunyai kekuasaan atas langit dan bumi. Aku tidak boleh menyerah. Aku tidak boleh putus asa menanti rahmat-Nya. Aku percaya, rahmat itu akan menyapa hidupku.
Aku harus semangat. Nada, ini belum apa-apanya jika dibandingkan dengan panas api neraka. Percayalah! Allah menunggu do’amu.
Kulanjutkan perjalanan dan kembali meningalkan jejak-jejak buram ibarat seorang pengembara. Kuusir lelah yang menggelayuti. Walaupun keringat sudah membasahi wajah dan tubuhku, aku akan tetap bertahan sampai janji-janji Allah itu nyata padaku.
Inginku berteriak menyebut asma-Mu, tapi pita suaraku seolah sobek ditusuk jarum. Ingin kulantunkan kalimat-kalimat syair untuk memuji-Mu, tapi mulutku seolah terkunci. Tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun untuk memuliakan-Mu. Bibirku begitu kaku untuk digerakkan. Tertutup rapat seolah dikunci. Bisu. Hanya hatiku yang mampu menyuarakan bisikan-bisikan mulia itu.
Aku tak mengerti apa yang terjadi dalam hidupku. Aku berharap Allah benar-benar mengirimkan karunia yang dapat membawaku kembali berkumpul bersama- orang-orang yang menyanyangiku. Jika aku berhenti di sini aku akan tertimbun oleh pasir-pasir yang diterpa angin. Jika aku terus berjalan, akan kemana aku? Rasanya tidak mungkin aku akan terlepas dari samudera pasir ini. Jika bisa, berapa lamakah aku akan sampai di sana? Lelah akan terus bersamaku, menemani perjalananku.
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Kalimat-kalimat itulah yang menguatkan tekadku, agar aku terus berjalan dan berjalan hingga aku menemukan jalan baru yang mungkin tak separah ini.
Aku terus berjalan, berjalan dan berjalan. Beberapa lama berjalan, aku melihat sebuah taman yang sangat indah terbentang jauh di hadapanku. Sangat hijau dan menyejukkan. Lelahku sedikit terusir. Subhanallah. Aku ingin segera sampai di tempat itu. Aku berlari di tengah-tengah tumpukan pasir itu sehingga debu-debu halus bertebaran tak menentu di belakangku. Aku tak mempedulikan semua yang telah berlalu. Aku ingin sagera sampai di tempat itu. aku terus berlari, berlari dan ... drak!!! Bugg!!! Kakiku menyandung sebuah batu pasir yang keras dan aku terjatuh. Keningku mencium panasnya pasir itu. Astaghfirullahal’azim. Ampuni aku ya Allah. Kemudian kupandangi lagi taman hijau yang ada dihadapanku. Kedamaian merasuk jiwaku. Aku tak mempedulikan luka pada keningku. Aku brsyukur kepada Allah atas semua ini. Dalam ucapan syukur itu, aku kaget, taman indah yang kupandangi perlahan mulai hilang dan aku lebih terpana lagi saat taman itu benar-benar sirna dari hadapanku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar